DinasKebudayaan
  • Dashboard
Logo
Dinas Kebudayaan
Pemerintah Kota Sawahlunto
  • Beranda
  • Profil
    Selayang Pandang Struktur Organisasi
  • Warisan Budaya
    Benda Tak Benda
  • Berita
  • Pengumuman
  • Login
  1. Beranda
  2. Warisan Budaya Benda
  3. Masjid Agung Nurul Islam
Detail Masjid Agung Nurul Islam
: Masjid Agung Nurul Islam
: Piagam UNESCO, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 345/M/2014 Tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Kota Lama Tambang Batubara Sawahlunto sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional, SK WAKO NO 84 Tahun 2007 (Masjid Agung)
: Bangunan
: Elektrische Centrale Kubang Sirakuak
: Kolonial Belanda
: Proklamasi
: Kubang Sirakuk Utara
: Lembah Segar
: Sawahlunto
: Sumatera Barat
: 4 Km
: 100 km dari padang
: Cekungan Pegunungan
: Baik (kendaraan roda 4, roda 2)
: 00? 41.159' LS , 100? 46.677' BT
: -
: -
: -
: 31 x 30 m (930 m²)
: Kawasan 68 x 42,5 m (2890 m²)
: -
: Merah maroon, Cream
: Bata Berspesi, Beton
: Sungai Lunto
: Taman
: Rel Kereta Api
: bak dan Pompa Ex PLTU
: Masyarakat Kota Sawahlunto
: Pengurus Masjid Agung Nurul Islam
: Jalan Proklamasi, Kelurahan Kubang Sirakuk Utara Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto
: -
: Tidak ada
: Terawat , dilestarikan
:Electrische centrale
: Mesjid Agung Nurul Islam
: Bangunan Electrische Centrale atau Sentral Listrik Kubang Siarakuak berada dipinggir Sungai Lunto tepatdi ujung jembatan Kereta Api dekat Pasar Sawahlunto. PLTUpertama di Sawahlunto ini dibangun dalam rentang tahun 1904-1905 Pembangkit Listrik (Electriciteits Centrale) ini generatornya digerakkan oleh tenaga uap. Pada mulanya pembangkit listrik itu dipasang mesin berkekuatan 1.000 HP. Karena kebutuhan listrik yang terus meningkat, daya yang tersedia tidak lagi mencukupi listrik berbagai peralatan dan mesin pertambangan, penerangan kota, gedung, kantor dan rumah di Sawahlunto. Untuk itu kekuatan mesin ditingkatkan menjadi 1500 HP. Kemudian dinaikan lagi mesin dengan kekuatan 3000 HP. Perkembangan kapasitas mesin dan daya yang dihasilkan menjadikannya sebagai pembangkit listrik terbesar di Hindia Belanda ketika itu. Tegangan yang dihasilkan oleh mesin tersebut mencapai 6000 volt. Listrik ditransfer ke stasiun transformator melalui pipa dan kabel bawah tanah. Transformator dipasang dan ditempatkan dekat daya yang dibutuhkan. Tegangan tinggi 6000 volt akan dikonversi ke yang lebih rendah misalnya 220 volt dan 125 volt Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, ditahun 1952 atas kesepakatan berbagai pihak diatas tapak bangunan Sentral Listrik itu didirikan sarana ibadah umat muslim Kota Sawahlunto. Sebuah mesjid kota didirikan dengan nama Mesjid Agung Nurul Islam. Sementara basementnya di tutup tanpa ditimbun dan menara cerobong asap PLTU dijadikan menara mesjid.
: Bangunan ini merupakan bekas PLTU pertama di Sawahlunto yang dibangun oleh Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin pada rentang tahun 1894-1898. Pada tahun 1924 PLTU ini dipindahkan ke Salak. Pada masa awal kemerdekaan Sentral listrik ini dijadikan pabrik perakitan senjata oleh pejuang Sawahlunto. Pada tahun 1952 atas kesepakatan berbagai pihak diatas tapak bangunan sentral listrik itu dibangun sebuah masjid. Masjid itu diberi nama masjid Agung Nurul Islam.
: Pelestarian pada PLTU tidak pada bangunan awal karena sudah dirubuhkan. Bangunan yang berdiri sekarang adalah Masjid Agung Nurul Islam yang menempati bangunan PLTU Dulunya. Bangunan masjid yang dibangun pada tahun 1955 masih terlihat asli dan tidak ada perubahan berarti. Namun demikian, ada beberapa bangunan baru yang berdiri disekitar bangunan masjid, diantaranya toilet, tempat berwuduk dan rumah garin.
: Tapak, bak air di belakang, basement, menara mesjid dan rumah pompa merupakan bagian-bagian yang tersisa dari PLTU pertama di Sawahlunto. Ruang basement menjadi bukti arkeologis, arsitektur dan struktur konstruksi bangunan sentral listrik yang dibangun pada akhir abad 19 di Sawahlunto. Ruang basement dengan lorong-lorong dan pilar-pilar bata dan semen coran yang berlapis bentuknya menyerupai labirin. Pilar-pilar basement itu juga menjadi pondasi bangunan Mesjid Nurul Iman. Mesjid seolah-olah bertengger di basement bekas Sentral Listrik. Bak untuk penampungan air, sampai sekarang masih dapat menampung air untuk kebutuhan mesjid. Sebagai sebuah mesjid bangunanya diberi 1 kubah besar ditengah atas bangunan dan 4 kubah yang lebih kecil di empat sudut bangunan mesjid. Namun terdapat sepotong sisa bangunan Sentral Listrik yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan masjid. Bangunan ini berlantai dua, lantai dasar difungsikan sebagai tempat berwudhu sedangkan lantai atas difungsikan sebagai TPA. Bangunan ini telah mengalami perubahan terutama pada bagian atap bangunan dengan memasang atap gonjong empat.
: 1. Pembersihan dari debu dan kotoran yang melekat pada bangunan. 2. Memplester dinding bangunan yang terkelupas. 3. Mencat bangunan sesuai dengan bahan dan warna yang sama ketika zaman Belanda. 4. Menanam bunga rendah agar kelihatan asri.
: Perlu penelitian lanjut tentang restorasi dan preparasi pada bangunan.
Video tidak ditemukan

Crafted with by pixelcave
Codebase 3.3 ©